Dalam dunia peternakan modern, kelinci semakin dilirik sebagai salah satu sumber daging alternatif yang sehat, rendah kolesterol, dan kaya protein. Beberapa jenis kelinci pedaging populer di Indonesia antara lain Hyla, Hycole, dan New Zealand (NZ). Masing-masing memiliki keunggulan tersendiri, namun banyak peternak mulai menaruh perhatian lebih pada jenis kelinci Hyla karena produktivitas dan efisiensinya.
Artikel ini akan membahas perbandingan ketiga jenis kelinci pedaging tersebut, serta alasan mengapa Hyla dianggap sebagai pilihan unggulan bagi peternak maupun investor.
Beberapa faktor yang mendorong peningkatan minat terhadap kelinci pedaging, antara lain:
Permintaan pasar daging sehat meningkat – masyarakat kini mencari alternatif selain ayam dan sapi.
Efisiensi pakan dan lahan – kelinci lebih hemat dibanding ternak besar.
Siklus panen cepat – kelinci bisa dipanen dalam 3–4 bulan.
Harga jual stabil – terutama untuk jenis unggul seperti Hyla.
Kelinci Hyla adalah hasil persilangan terkontrol dari Eropa, dikembangkan khusus sebagai kelinci pedaging. Keunggulan utamanya adalah:
Pertumbuhan cepat – bobot bisa mencapai 4–5 kg dalam usia 3–4 bulan.
FCR (Feed Conversion Ratio) efisien – lebih hemat pakan dibanding jenis lain.
Daya tahan tubuh baik – lebih adaptif di iklim tropis dengan manajemen yang tepat.
Tingkat kelahiran tinggi – betina mampu melahirkan 8–12 ekor sekali beranak.
Tidak heran jika jenis kelinci Hyla semakin dicari peternak yang ingin hasil cepat dengan biaya operasional terukur.
Kelinci Hycole juga termasuk jenis pedaging dari Eropa. Karakteristiknya:
Pertumbuhan relatif cepat, meski FCR sedikit lebih tinggi dibanding Hyla.
Bobot panen berkisar 3,5–4,5 kg.
Tingkat kelahiran baik, namun produktivitas kadang kalah stabil dari Hyla.
Lebih cocok untuk skala menengah ke atas yang punya manajemen kandang modern.
Meski punya kualitas bagus, Hycole cenderung lebih mahal dalam bibit, sehingga ROI (return on investment) bisa lebih panjang dibanding Hyla.
Jenis NZ White adalah salah satu kelinci pedaging tertua dan paling dikenal.
Ukuran tubuh besar dengan bobot 3,5–4 kg pada usia 4–5 bulan.
Lebih tahan penyakit dibanding jenis impor baru.
Harganya lebih terjangkau, sehingga sering dipilih pemula.
Namun, efisiensi pakan dan pertumbuhan lebih lambat dibanding Hyla.
Faktor
Hyla
Hycole
New Zealand (NZ)
Bobot Panen
4–5 kg (3–4 bulan)
3,5–4,5 kg (3–4 bulan)
3,5–4 kg (4–5 bulan)
Efisiensi Pakan
Sangat efisien (FCR rendah)
Baik tapi lebih tinggi
Cukup, konsumsi pakan lebih banyak
Produksi Anak
8–12 ekor/litter
7–10 ekor/litter
6–9 ekor/litter
Daya Tahan
Adaptif, butuh manajemen
Stabil, tapi sensitif
Paling tahan, cocok pemula
Harga Bibit
Sedang (terjangkau)
Lebih tinggi
Lebih murah
ROI Peternak
Cepat
Menengah
Lebih lama
Jika dibandingkan, kelinci pedaging Hyla lebih unggul dari sisi:
Pertumbuhan lebih cepat → panen lebih singkat, modal lebih cepat kembali.
Efisiensi pakan → hemat biaya produksi.
Produksi anakan tinggi → mempercepat perkembangan populasi kandang.
Cocok untuk pemula maupun skala besar → mudah dikelola dengan SOP sederhana.
Dengan kata lain, Hyla memberikan value terbaik bagi peternak yang ingin serius menekuni bisnis kelinci pedaging.
Pasar kelinci pedaging di Indonesia masih terbuka lebar:
Restoran & hotel mulai menawarkan menu daging kelinci.
Konsumen rumahan semakin tertarik karena nilai gizi.
Ekspor potensial ke negara dengan permintaan tinggi seperti Timur Tengah.
Bagi yang ingin masuk ke bisnis ini, memilih jenis kelinci Hyla adalah langkah strategis karena efisiensinya memberikan daya saing lebih baik dibanding Hycole atau NZ.
Ketiga jenis kelinci pedaging – Hyla, Hycole, dan New Zealand – memiliki karakteristik masing-masing. Namun, dari sisi pertumbuhan, efisiensi, dan produktivitas, kelinci Hyla terbukti lebih unggul dan memberikan peluang usaha yang lebih cepat balik modal.
Bila Anda tertarik untuk memulai atau memperbesar usaha ternak kelinci pedaging, Hyla adalah pilihan terbaik untuk masa depan peternakan Anda.